Bagaimana kabar mu hari ini ?
Pertanyaan itu selalu di luncurkan
Hampir setiap hari aku menerima pesan mu
Dan hampir tiada bosan aku menjawabnya
Bagiamana kabar mu hari ini ?
Singkat namun bermakna bagi ku
Singkat namun menjadi penting bagi ku
Singkat namun bermaksud banyak hal dari ku
Bagaimana kabar mu hari ini ?
Pertanyaan sederhana yang menjadi rindu
Pertanyaan sederhana yang menjadi pilu
Pertanyaan sederhana yang menjadi kelabu
Sunday, September 29, 2019
Tuesday, August 6, 2019
Ini Puisi Ku
Ini Puisi Ku
Aku pecinta kata dalam rangkaian indah
Aku berlantunkan sajak tak tuai tepi
Aku berjalan dalam kata yang pasti
Dan aku menikmati setiap garis yang tercoretkan
Ada imajinasi yang kuat berayun
Ada sajak yang tersimpan rapi dalam memori
Ada ada saja sajak liar berupaya mereyap tanpa henti
Ada sajak yang seketika pergi tanpa ditemui
Aku mengenalnya sejak ku di usia ku dini
Aku tidak terlalu paham tentang kosa kata dalam bahsa
Yang aku ketahui hanya aku suka hal ini
Sampai pada titik dimana aku di usia remaja
Bait bait masih tertorekan dimana mana
Laman sosial media ku
Setiap buku pelajaran ku
Bertabur kisah sajak tak henti
Entah suka saja bersajak
Aku rasa tenang
Aku bisa mengambarkan diri ku
Bahkan membuat lelucon sesuai keinginanku
Bermain kata di kedalaman hening
Tidak menjadi suatu kesepian
Karena aku tentu tak benar - benar sendiri
Aku ada karena RidhoNya
Tanpa RidhoNya aku pun tak ada
Tau analoginya, kalau tidak tau ya sudah
Lanjut saja bikin sajak
Sesuka hati tanpa batas pamit mau henti
Hanya itu yang ku ingin merawat sajak
Surabaya, 6 Agustus 2019
Aku pecinta kata dalam rangkaian indah
Aku berlantunkan sajak tak tuai tepi
Aku berjalan dalam kata yang pasti
Dan aku menikmati setiap garis yang tercoretkan
Ada imajinasi yang kuat berayun
Ada sajak yang tersimpan rapi dalam memori
Ada ada saja sajak liar berupaya mereyap tanpa henti
Ada sajak yang seketika pergi tanpa ditemui
Aku mengenalnya sejak ku di usia ku dini
Aku tidak terlalu paham tentang kosa kata dalam bahsa
Yang aku ketahui hanya aku suka hal ini
Sampai pada titik dimana aku di usia remaja
Bait bait masih tertorekan dimana mana
Laman sosial media ku
Setiap buku pelajaran ku
Bertabur kisah sajak tak henti
Entah suka saja bersajak
Aku rasa tenang
Aku bisa mengambarkan diri ku
Bahkan membuat lelucon sesuai keinginanku
Bermain kata di kedalaman hening
Tidak menjadi suatu kesepian
Karena aku tentu tak benar - benar sendiri
Aku ada karena RidhoNya
Tanpa RidhoNya aku pun tak ada
Tau analoginya, kalau tidak tau ya sudah
Lanjut saja bikin sajak
Sesuka hati tanpa batas pamit mau henti
Hanya itu yang ku ingin merawat sajak
Surabaya, 6 Agustus 2019
Saturday, June 15, 2019
BALANCE SCORECARD
BALANCE SCORECARD
A. Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengertian penilaian kinerja
(pengukuran kinerja) menurut Mulyadi (2007: 419) adalah sebagai penentu secara
periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengukuran kinerja dibutuhkan suatu
penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem
penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja
yang diharapkan oleh organisasi.
B. Tujuan
Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Robert & Anthony (2001:
52), tujuan dari sistem pengukuran kinerja
adalah untuk membantu dalam menetapkan strategi. Dalam penerapan system pengukuran kinerja terdapat
empat konsep dasar :
1.) Menentukan
strategi
Dalam hal ini paling penting adalah tujuan dan target
organisasi dinyatakan secara ekspilit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama
kali untuk keseluruhan organisasi dan kemudian dikembangkan ke level fungsional
dibawahnya.
2.) Menentukan
pengukuran strategi
Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan
strategi ke seluruh anggota organisasi. Organisasi tersebut harus focus pada
beberapa pengukuran kritikal saja. Sehingga manajemen tidak terlalu banyak
melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.
3.) Mengintegrasikan
pengukuran ke dalam sistem manajemen
Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik
secara formal maupun informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan
sumber daya manusia perusahaan.
4.) Mengevaluasi
pengukuran hasil secara berkesinambungan
Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja
organisasi apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu.
Pengukuran kinerja membantu manajer
dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan hasil actual
dengan sasaran dan tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri
atas metode sistematis dalam penempatan sasaran dan tujuan serta pelaporan
periodik yang mengidentifikasikan realisasi atas pencapaian sasaran dan tujuan.
C. Kelemahan
Pengukuran Kinerja
Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000: 75) menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pengukuran kinerja
yang menitik beratkan pada kinerja keuangan
yaitu :
1.
Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak
tampak (intangible Assets) dan harta-harta intelektual (sumber
daya manusia) perusahaan.
2.
Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai
sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke
arah yang lebih baik.
D. Pengertian
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu
sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan "Strategic
based responsibility accounting system” yang menjabarkan misi dan
strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja
perusahaan tersebut. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced
dan scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang
akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan
datang, sedangkan balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur
kinerja seseorang atau organisasi diukur secara berimbang dari dua perspektif
yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan
ekstern (Mulyadi, 2005).
Balanced
Scorecard merupakan suatu system management strategi yang menjabarkan visi dan
strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan
dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4 (empat) perspektif yaitu :
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
E. Manfaat Balanced
Scorecard
Manfaat Balanced
Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000: 122) adalah
sebagai berikut :
1. Balanced
Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang.
2. Balanced
Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan dan non
keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan bertumbuh)
3. Balanced
Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja
perusahaan dimasa mendatang.
F. Kriteria Balance Scorecard
Balanced
Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain:
1.
Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang
dari masing-masing perspektif (outcomes) dan mekanisme untuk mencapai tujuan
tersebut (performance driver) .
2.
Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam
suatu hubungan sebab akibat (cause and effect relationship).
3.
Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan
seperti peningkatan kualitas, pemenuhan kepuasan pelanggan, atau inovasi yang
dilakukan harus berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan.
G. Langkah-langkah Balanced Scorecard
Langkah-langkah Balanced Scorecard meliputi empat proses manajemen baru.
Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dengan
peristiwa jangka pendek. Kempat proses tersebut menurut (Kaplan dan Norton,
1996) antara lain :
1.
Menterjemahkan visi, misi
dan strategi perusahaan
Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi dijabarkan dalam tujuan
dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan
di masa datang. Tujuan juga menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi
untuk mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini kemudian
dijabarkan dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
2.
Mengkomunikasikan dan
mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis balanced scorecard
Dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan kepada tiap
karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi
keinginan para pemegang saham dan konsumen. Hal ini bertujuan untuk mencapai
kinerja karyawan yang baik.
3.
Merencanakan, menetapkan
sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif rencana bisnis
Memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara
rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Balanced scorecard sebagai dasar
untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan,
akan menggerakkan kearah tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
4.
Meningkatkan Umpan balik dan
pembelajaran strategis
Proses keempat ini akan memberikan strategis learning
kepada perusahaan. Dengan balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan,
maka perusahaan melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan
perusahaan dalam jangka pendek.
H. Empat
Perspektif Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah konsep
yang mengukur kinerja suatu organisasi dari empat perspektif yaitu perspektif
finansial, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Konsep Balanced Scorecard ini pada dasarnya
merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara
berkelanjutan.
Menurut Kaplan dan Norton (1996),
Balanced Scorecard memiliki empat perspektif, antara lain :
1.
Perspektif Keuangan (financial perspective)
Balanced Scorecard menggunakan tolok
ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih dan ROI (Return on Investment),
karena tolok ukur tersebut secara umum digunakan dalam organisasi yang mencari
keuntungan/provit. Tolok ukur keuangan memberikan bahasa umum untuk
menganalisis perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana untuk perusahaan,
seperti lembaga keuangan dan pemegang saham, sangat mengandalkan tolok ukur
kinerja keuangan dalam memutuskan hal yang berhubungan dengan dana.
Tolok ukur keuangan yang didesign
dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat untuk keberhasilan suatu
organisasi. Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup untuk
mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok ukur nonkeuangan
juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (bottom line). Balanced
scorecard mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja yang multiple-baik
keuangan maupun nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja organisasional terhadap
keberhasilan.
2.
Perspektif Pelanggan (customer perspective)
Perspektif pelanggan berfokus pada bagaimana
organisasi memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan
harapan mereka tidaklah cukup, suatu organisasi juga harus memberikan insentif
kepada manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot
mengatakan "Take care of your employee and they take care of your
customer”. Perhatikan karyawan anda dan mereka akan memperhatikan pelanggan
anda. Perusahaan umumya menggunakan tolok ukur kinerja berikut, pada waktu
mempertimbangkan perspektif pelanggan yaitu :
a. Kepuasan
pelanggan (customer satisfaction)
b. Retensi
pelanggan (customer retention)
c. Pangsa Pasar
(market share)
d. Pelanggan
yang profitable
3.
Perspektif proses usaha internal (internal business
process perspective)
Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan dengan perspektif usaha internal dan proses produksi. Karyawan yang
melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk proses usaha
yang lebih baik.
Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan, khususnya dalam usaha
eceran dan perakitan manufacturing. Perusahaan tergantung pemasok mengirimkan
barang dan jasa tepat pada waktunya, dengan harga yang rendah dan dengan mutu
yang tinggi. Perusahaan dapat berhenti berproduksi apabila terjadi problema
dengan pemasok.
Pelanggan menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan dan tepat
pada waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka memegang jumlah
persediaan yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa barang-barang yang
diminati tersedia ditangan. Akan tetapi biaya penanganan dan penyimpanan
persediaan menjadi tinggi, dan kemungkinan mengalami keusangan persediaan.
Untuk menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang mungkin adalah
membuat pemasok mengurangi throughput time. Throughput time adalah total waktu
dari waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan pelanggan menerima
produk. Memperpendek throughput time dapat berguna apabila pelanggan
menginginkan barang dari jasa segera mungkin.
4.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learn and
growth/ infrastructure perspective)
Untuk tujuan insentif, perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada kemampuan manusia. Manajer
bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci
untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan
produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah
penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan
ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan
mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja.
5.
Implementasi Balanced Scorecard
Organisasi sangat membutuhkan untuk
menerapkan Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran kinerja yang multi
dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua bidang kinerja
yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas dikenal
sebagai pengukuran kinerja. Balanced Scorecard sekarang banyak digunakan
sebagai untuk pengembangan strategi dan sebagai alat eksekusi yang dikembangkan
dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan misi
serta strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti
(indikator), sehingga strategi dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur,
dengan demikian, berfungsi untuk semua kegiatan. Selain itu, indikator
memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan &
Norton, 1996).
Balanced Scorecad telah banyak
diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan jasa.
Penerapannya adalah dengan berfokus pada empat perspektif Balanced Scorecard.
Pembahasan mengenai pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced Scorecard
lebih sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada perusahaan atau
organisasi yang bertujuan mencari laba (profit-seeking organisations). Jarang
sekali ada pembahasanmengenai penerapan Balanced Scorecard pada organisasi
nirlaba (not-for- profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik
khusus seperti koperasi, yang ditandai relational contracting, yakni saat owner
dan consumer adalah orang yang sama, serta di mana mutual benefit anggota menjadi prioritasnya
yang utama (Merchant, 1998).
Pada organisasi-organisasi semacam
ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi
secara luas daripada sekedar perolehan keuntungan. Pengukuran aspek keuangan
ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang menciptakan nilai
(value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak berwujud seperti:
1. Ketrampilan,
kompetensi, dan motivasi para pegawai;
2. Database dan
teknologi informasi;
3. Proses
operasi yang efisien dan responsif;
4. Inovasi
dalam produk dan jasa;
5. Hubungan dan
kesetiaan pelanggan; serta
6. Adanya
dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan darimasyarakat (Kaplan dan
Norton, 2000)
Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampumengukur
bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk
mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia,
sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang
sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam intangible assets seperti
merk dan loyalitas pelanggan.
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Pengembangan
BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang
memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif
prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh
perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup
fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek
finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan
finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat
lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan
sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar
mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait
dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang
melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan
BSC dalam pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada :
1. Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama.
2. Perlu dilakukan berjenjang dan
bertahap untuk mewujudkannya agar efektif.
3. Motivasi mewujudkan visi bersama dan
tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai
dengan cara insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal
untuk mewujudkan visi tersebut.
B. Saran
Saran
akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan
penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar
penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan
keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk
jangka panjang.
Diajukan
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah Seminar Akuntansi Manajemen
Dosen
: Dr. Slamet Riyadi, M.Si.,Ak.,CA
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
2018
Thursday, May 9, 2019
Sejarah Akuntansi
Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai dapat menghitung dan membuat suatu catatan, dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun. Pada abad ke–15, terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang Venesia. Perkembangan perdagangan ini menyebabkan diperlukannya suatu sistem pencatatan yang lebih baik sehingga dengan demikian akuntansi mulai berkembang.
Pada akhir abad XV, sejalan dengan menurunnya pengaruh Romawi, pusat perdagangan bergeser ke Spanyol, Portugis, dan Belanda. Akibatnya, sistem akuntansi yang telah dikembangkan Romawi juga ikut berpindah dan digunakan di negara-negara tersebut. Sejak itu perhitungan rugi laba mulai dibuat secara tahunan yang kemudian mendorong dikembangkannya penyusunan neraca secara rutin pada akhir jangka waktu tertentu.
Pada abad XIX revolusi industri di Eropa mendorong berkembangnya akuntansi biayadan konsep penyusutan. Pada tahun 1930, New York Slock Exchange dan American Institute of Certified Public Accountant membahas dan menetapkan prinsip-prinsip akuntansi bagi perusahaan-perusahaan yang sahamnya terdaftar di bursa saham.
Pada akhir abad XV, sejalan dengan menurunnya pengaruh Romawi, pusat perdagangan bergeser ke Spanyol, Portugis, dan Belanda. Akibatnya, sistem akuntansi yang telah dikembangkan Romawi juga ikut berpindah dan digunakan di negara-negara tersebut. Sejak itu perhitungan rugi laba mulai dibuat secara tahunan yang kemudian mendorong dikembangkannya penyusunan neraca secara rutin pada akhir jangka waktu tertentu.
Pada abad XIX revolusi industri di Eropa mendorong berkembangnya akuntansi biayadan konsep penyusutan. Pada tahun 1930, New York Slock Exchange dan American Institute of Certified Public Accountant membahas dan menetapkan prinsip-prinsip akuntansi bagi perusahaan-perusahaan yang sahamnya terdaftar di bursa saham.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995).
Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Sistem ini diperkenalkan oleh Luca Pacioli bersama Leonardo da Vinci, dan sudah dipakai untuk melakukan pencatatan upah sejak zaman Babilonia. Sistem Kontinetal merupakan pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu debit dan kredit secara seimbang dan menghasilkan pembukuan yang sistematis serta laporan keuangan yang terpadu. Dengan menggunakan sistem ini perusahaan mendapatkan gambaran tentang laba rugi usaha, kekayaan perusahaan, serta hak pemilik.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997). Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990).
Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W Labrijn-yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995). Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara- Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995).
Akuntan publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak- Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995). Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia.
Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997). Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003). Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997). Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar dengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing dan lembaga-lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis pembukuan-satu untuk menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar pengambilan keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing; dan satu lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor.
Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go public pada tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya atau underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya transformasi pasar modal dari model “ casino ” menjadi model yang dapat memobilisasi aliran investas jangka panjang. Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan. Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam Undang-Undang Pasar Modal (Rosser 1999). Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998, kebangkrutan konglomarat, collapse nya system perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparency).
Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go public pada tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya atau underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya transformasi pasar modal dari model “ casino ” menjadi model yang dapat memobilisasi aliran investas jangka panjang. Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan. Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam Undang-Undang Pasar Modal (Rosser 1999). Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998, kebangkrutan konglomarat, collapse nya system perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparency).
Sunday, January 6, 2019
Kesakralan Pernikahan
Pernikahan adalah sebuah peristiwa sangat sakral. Pernikahan bukan lah sebuah permainan belaka, akan tetapi manusia seolah membuat pernikahan bak taman hiburan. Adanya sebuah tragedi pernikahan kontrak, pernikahan yang didasari surat perjanjian hanya untuk eksistensi pada khalayak ramai. Manusia seakan lupa jika seorang laki - laki setelah ijab itu selesai maka dosa - dosa pada perempuan yang dinikahi, dari kecil hingga saat bersama mu akan berpindah kepada mu dan sudah menjadi tanggung jawab mu.
Sebuah pernikahan bukan hanya menikahi secara lahiriyahnya saja akan tetapi juga dengan batiniah nya juga. Hal tersebut dapat disikap apabila laki - laki itu menemukan inti dari spiritual dari dalam diri perempuan. Jika lalaki sudah menemukan inti spiritual nya pada perempuan. Ia bukan saja menikahi 1 perempuan di dalam diri nya tetapi ia telah menikahi 3 perempuan sekaligus yaitu Sakinah, Mawadah, Warohma
Mari kita bahas 3 (tiga) perempuan di dalam diri 1 (satu) perempuan :
Sakinah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ketenangan, ketentraman, aman atau damai. Dimana perempuan itu menjadi sosok yang menenangkan, menententramkan bagi lelakinya. Keluarga yang didalamnya penuh perkelahian, kecurigaan antar pasangan, bahkan berpotensi terhadap adanya konflik yang berujung perceraian. Ketidakpercayaan adalah salah satu aspek yang membuat gagal keluarga sakinah terwujud dengan adanya ketenangan, ketentraman, rasa aman, kedamaian maka keguncangan di dalam keluarga tidak akan terjadi.
Mawaddah berasal pula dari bahasa Arab yang artinya adalahperasaan kasih sayang, cinta membara, dan menggebu. Sebuah fitrah manusia dimana ia ingin saling memiliki. Perasaan cinta dalam keluarga tumbuh dan berkembang karena proses dipupuknya lewat cinta suami istri.
Rahmah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ampunan, rahmat, rezeki, dan karunia. Keluarga yang rahmah tidak mungkin muncul hanya sekejap melainkan muncul karena proses adanya saling membutuhkan, saling menutupi kekurangan, saling memahami, dan memberikan pengertian. Karena proses dan kesabaran suami istri dalam membina rumah tangganya, serta melewati pengorbanan juga kekuatan jiwa. Rahmah tidak terwujud jika suami dan istri saling mendurhakai.
Jadi dari sini apakah yang dapat di sumpulkan dari sebuah pernikahan ? pernikahan yang dikatakan sebagi penyempurna agama atau sebagai jiwa yang satu atau jiwa yang utuh. Makanya rawatlah ikatan pernikahan mu sebaik mungkin dan carilah di dalam istri mu 3 (tiga) perempuan yang lain, insyaallah sempurnanya pernikahan dan damainya sebuah ikatan pernikahan.
Jadi dari sini apakah yang dapat di sumpulkan dari sebuah pernikahan ? pernikahan yang dikatakan sebagi penyempurna agama atau sebagai jiwa yang satu atau jiwa yang utuh. Makanya rawatlah ikatan pernikahan mu sebaik mungkin dan carilah di dalam istri mu 3 (tiga) perempuan yang lain, insyaallah sempurnanya pernikahan dan damainya sebuah ikatan pernikahan.
Wednesday, December 26, 2018
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KE-1
PEMBAHARUAN SISTEM KERJA
JASA PENITIPAN BALITA
NAMA KELOMPOK :
1. NIKE KARTIKA D.B.Y , 2. NERI AGESTI , 3. FIRIESTA NUR R.S, 4. YATIM YULI W.S
Di jaman sekarang banyak orang tua atau ibu, yang menjadi orang tua karir sehingga dibutuhkan tempat untuk menitipkan anaknya dalam catatan tempat tersebut aman dan benar-benar dapat dipercayai oleh para ibu. Adapun kecanggihan dunia digital dapat membantu mempermudah mengawasai anak, melalui CCTV online, CCTV online adalah sebuah aplikasi yang dapat terhubung dengan ponsel android orang tua dan dapat di hubungkan melalui barcode gelang pada anak sehingga apa saja yang dilakukan anak dapat terpantau oleh orang tua secara langsung serta kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh kepada anak juga dapat terpantau apabila adanya tindakan yang kurang menyenangkan bagi para ibu atau orangtua. Berikut akan kami bahas tahapan-tahapan dengan flowchat.
Aplikasi atau web Jasa Penitipan Balita
CUSTOMER SERVICE
SISTEM PANTAU CCTV TERHUBUNG
DENGAN BARCODE GELANG ANAK
Subscribe to:
Posts (Atom)
Ruang Ilmu
Kenapa Surah An-Nas ini diturunkan bersamaan dengan Surah Al-Falaq ?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم Sebelum kita masuk kejawaban "Kenapa S urah An-Nas ini diturunkan bersamaa...
-
Berikut ini terdapat dua sekuritas yang mempunyai distribusi nilai tingkat keuntungan sebagai berikut : Saham A Saham B ...
-
Kami telah dihadapkan Dalam ruang pertemuan Yang terjalin erat dalam kenyamanan Hingga pada sore itu tak lagi sama Pola pikir yang beru...