BALANCE SCORECARD
A. Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengertian penilaian kinerja
(pengukuran kinerja) menurut Mulyadi (2007: 419) adalah sebagai penentu secara
periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengukuran kinerja dibutuhkan suatu
penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem
penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja
yang diharapkan oleh organisasi.
B. Tujuan
Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Robert & Anthony (2001:
52), tujuan dari sistem pengukuran kinerja
adalah untuk membantu dalam menetapkan strategi. Dalam penerapan system pengukuran kinerja terdapat
empat konsep dasar :
1.) Menentukan
strategi
Dalam hal ini paling penting adalah tujuan dan target
organisasi dinyatakan secara ekspilit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama
kali untuk keseluruhan organisasi dan kemudian dikembangkan ke level fungsional
dibawahnya.
2.) Menentukan
pengukuran strategi
Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan
strategi ke seluruh anggota organisasi. Organisasi tersebut harus focus pada
beberapa pengukuran kritikal saja. Sehingga manajemen tidak terlalu banyak
melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.
3.) Mengintegrasikan
pengukuran ke dalam sistem manajemen
Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik
secara formal maupun informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan
sumber daya manusia perusahaan.
4.) Mengevaluasi
pengukuran hasil secara berkesinambungan
Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja
organisasi apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu.
Pengukuran kinerja membantu manajer
dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan hasil actual
dengan sasaran dan tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri
atas metode sistematis dalam penempatan sasaran dan tujuan serta pelaporan
periodik yang mengidentifikasikan realisasi atas pencapaian sasaran dan tujuan.
C. Kelemahan
Pengukuran Kinerja
Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000: 75) menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pengukuran kinerja
yang menitik beratkan pada kinerja keuangan
yaitu :
1.
Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak
tampak (intangible Assets) dan harta-harta intelektual (sumber
daya manusia) perusahaan.
2.
Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai
sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke
arah yang lebih baik.
D. Pengertian
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu
sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan "Strategic
based responsibility accounting system” yang menjabarkan misi dan
strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja
perusahaan tersebut. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced
dan scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang
akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan
datang, sedangkan balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur
kinerja seseorang atau organisasi diukur secara berimbang dari dua perspektif
yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan
ekstern (Mulyadi, 2005).
Balanced
Scorecard merupakan suatu system management strategi yang menjabarkan visi dan
strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan
dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4 (empat) perspektif yaitu :
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
E. Manfaat Balanced
Scorecard
Manfaat Balanced
Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000: 122) adalah
sebagai berikut :
1. Balanced
Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang.
2. Balanced
Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan dan non
keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan bertumbuh)
3. Balanced
Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja
perusahaan dimasa mendatang.
F. Kriteria Balance Scorecard
Balanced
Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain:
1.
Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang
dari masing-masing perspektif (outcomes) dan mekanisme untuk mencapai tujuan
tersebut (performance driver) .
2.
Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam
suatu hubungan sebab akibat (cause and effect relationship).
3.
Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan
seperti peningkatan kualitas, pemenuhan kepuasan pelanggan, atau inovasi yang
dilakukan harus berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan.
G. Langkah-langkah Balanced Scorecard
Langkah-langkah Balanced Scorecard meliputi empat proses manajemen baru.
Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dengan
peristiwa jangka pendek. Kempat proses tersebut menurut (Kaplan dan Norton,
1996) antara lain :
1.
Menterjemahkan visi, misi
dan strategi perusahaan
Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi dijabarkan dalam tujuan
dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan
di masa datang. Tujuan juga menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi
untuk mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini kemudian
dijabarkan dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
2.
Mengkomunikasikan dan
mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis balanced scorecard
Dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan kepada tiap
karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi
keinginan para pemegang saham dan konsumen. Hal ini bertujuan untuk mencapai
kinerja karyawan yang baik.
3.
Merencanakan, menetapkan
sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif rencana bisnis
Memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara
rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Balanced scorecard sebagai dasar
untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan,
akan menggerakkan kearah tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
4.
Meningkatkan Umpan balik dan
pembelajaran strategis
Proses keempat ini akan memberikan strategis learning
kepada perusahaan. Dengan balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan,
maka perusahaan melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan
perusahaan dalam jangka pendek.
H. Empat
Perspektif Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah konsep
yang mengukur kinerja suatu organisasi dari empat perspektif yaitu perspektif
finansial, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Konsep Balanced Scorecard ini pada dasarnya
merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara
berkelanjutan.
Menurut Kaplan dan Norton (1996),
Balanced Scorecard memiliki empat perspektif, antara lain :
1.
Perspektif Keuangan (financial perspective)
Balanced Scorecard menggunakan tolok
ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih dan ROI (Return on Investment),
karena tolok ukur tersebut secara umum digunakan dalam organisasi yang mencari
keuntungan/provit. Tolok ukur keuangan memberikan bahasa umum untuk
menganalisis perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana untuk perusahaan,
seperti lembaga keuangan dan pemegang saham, sangat mengandalkan tolok ukur
kinerja keuangan dalam memutuskan hal yang berhubungan dengan dana.
Tolok ukur keuangan yang didesign
dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat untuk keberhasilan suatu
organisasi. Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup untuk
mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok ukur nonkeuangan
juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (bottom line). Balanced
scorecard mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja yang multiple-baik
keuangan maupun nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja organisasional terhadap
keberhasilan.
2.
Perspektif Pelanggan (customer perspective)
Perspektif pelanggan berfokus pada bagaimana
organisasi memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan
harapan mereka tidaklah cukup, suatu organisasi juga harus memberikan insentif
kepada manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot
mengatakan "Take care of your employee and they take care of your
customer”. Perhatikan karyawan anda dan mereka akan memperhatikan pelanggan
anda. Perusahaan umumya menggunakan tolok ukur kinerja berikut, pada waktu
mempertimbangkan perspektif pelanggan yaitu :
a. Kepuasan
pelanggan (customer satisfaction)
b. Retensi
pelanggan (customer retention)
c. Pangsa Pasar
(market share)
d. Pelanggan
yang profitable
3.
Perspektif proses usaha internal (internal business
process perspective)
Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan dengan perspektif usaha internal dan proses produksi. Karyawan yang
melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk proses usaha
yang lebih baik.
Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan, khususnya dalam usaha
eceran dan perakitan manufacturing. Perusahaan tergantung pemasok mengirimkan
barang dan jasa tepat pada waktunya, dengan harga yang rendah dan dengan mutu
yang tinggi. Perusahaan dapat berhenti berproduksi apabila terjadi problema
dengan pemasok.
Pelanggan menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan dan tepat
pada waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka memegang jumlah
persediaan yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa barang-barang yang
diminati tersedia ditangan. Akan tetapi biaya penanganan dan penyimpanan
persediaan menjadi tinggi, dan kemungkinan mengalami keusangan persediaan.
Untuk menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang mungkin adalah
membuat pemasok mengurangi throughput time. Throughput time adalah total waktu
dari waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan pelanggan menerima
produk. Memperpendek throughput time dapat berguna apabila pelanggan
menginginkan barang dari jasa segera mungkin.
4.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learn and
growth/ infrastructure perspective)
Untuk tujuan insentif, perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada kemampuan manusia. Manajer
bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci
untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan
produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah
penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan
ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan
mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja.
5.
Implementasi Balanced Scorecard
Organisasi sangat membutuhkan untuk
menerapkan Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran kinerja yang multi
dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua bidang kinerja
yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas dikenal
sebagai pengukuran kinerja. Balanced Scorecard sekarang banyak digunakan
sebagai untuk pengembangan strategi dan sebagai alat eksekusi yang dikembangkan
dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan misi
serta strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti
(indikator), sehingga strategi dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur,
dengan demikian, berfungsi untuk semua kegiatan. Selain itu, indikator
memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan &
Norton, 1996).
Balanced Scorecad telah banyak
diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan jasa.
Penerapannya adalah dengan berfokus pada empat perspektif Balanced Scorecard.
Pembahasan mengenai pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced Scorecard
lebih sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada perusahaan atau
organisasi yang bertujuan mencari laba (profit-seeking organisations). Jarang
sekali ada pembahasanmengenai penerapan Balanced Scorecard pada organisasi
nirlaba (not-for- profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik
khusus seperti koperasi, yang ditandai relational contracting, yakni saat owner
dan consumer adalah orang yang sama, serta di mana mutual benefit anggota menjadi prioritasnya
yang utama (Merchant, 1998).
Pada organisasi-organisasi semacam
ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi
secara luas daripada sekedar perolehan keuntungan. Pengukuran aspek keuangan
ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang menciptakan nilai
(value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak berwujud seperti:
1. Ketrampilan,
kompetensi, dan motivasi para pegawai;
2. Database dan
teknologi informasi;
3. Proses
operasi yang efisien dan responsif;
4. Inovasi
dalam produk dan jasa;
5. Hubungan dan
kesetiaan pelanggan; serta
6. Adanya
dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan darimasyarakat (Kaplan dan
Norton, 2000)
Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampumengukur
bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk
mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia,
sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang
sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam intangible assets seperti
merk dan loyalitas pelanggan.
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Pengembangan
BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang
memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif
prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh
perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup
fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek
finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan
finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat
lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan
sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar
mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait
dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang
melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan
BSC dalam pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada :
1. Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama.
2. Perlu dilakukan berjenjang dan
bertahap untuk mewujudkannya agar efektif.
3. Motivasi mewujudkan visi bersama dan
tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai
dengan cara insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal
untuk mewujudkan visi tersebut.
B. Saran
Saran
akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan
penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar
penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan
keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk
jangka panjang.
Diajukan
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah Seminar Akuntansi Manajemen
Dosen
: Dr. Slamet Riyadi, M.Si.,Ak.,CA
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
2018